Langsung ke konten utama

Postingan

Pada Senja di 3 Rakaatmu

Pada Senja di 3 Rakaatmu Lalu, adakah suatu perkara yang membuatmu enggan until pergi ke surau itu? Tengoklah sejenak ke ufuk barat Semesta mendukung Mentari mengalah Dia rela bertransformasi menjadi senja dalam sesaat Semburat jingganya digores malu Meneduhkan sepanjang jalan setapak kecil itu Agar perjalananmu, tak kau rasa terik Kemudian kicauan burung Atau rengekan kambing Pun ocehan sapi dan para kerbau Binatang - binatang itu menjeda senandung mereka Agar takbir yang dilantunkan sang imam senantiasa terdengar jelas di telingamu Dan angin hanya berhembus santai Tapi hembusannya teratur Masuk ke dalam tubuhmu lewat lubang tubuh yang tak kasat mata Menyerok tumpukan sampah sampai kepada ampasnya dari isi otak dan hatimu Digenggamnya kuat - kuat, dan begitu sudah ada di luar tubuhmu, angin mengaburkannya Begitulah Hingga pada saat kau mengangkat kepala dari sujud terakhirmu bebannya telah berkurang beberapa tingkat Apakah kau merasa ringan ? Bersyukurlah Karen
Postingan terbaru

Tuan dan Nyonya yang Rendah Hati

Tuan dan Nyonya yang Rendah Hati Sang waktu bukan saja merangkak Ia telah mampu berlari Dalam pelariannya, ia meninggalkan jejak Helai demi helai rambut yang dulunya legam Satu per satu kini mulai memutih Ada seseorang disana yang sungguh setia dengan kursi rodanya Matanya lesu, pilu Dia sekalipun tak pernah berkata kepadaku, "aku menyayangimu" Namun kerut di dahinya telah lebih daripada sebuah saksi Di sisi lain di sudut rumah ini Dia tak pernah beranjak dari tempat keramatnya Sering aku mencium aroma sangit dari badannya Terkadang wajahnya penuh coreng moreng angus hitam Tapi tak terbantahkan, pelukan erat darinya seribu kali lebih hangat dari cashmere asli ngeri Batara Ibu, Kapan pun kau tetap indah Jadi kalau orang bilang aku cantik, tentu itu adalah warisan darimu Teruntuk Ayah Tetaplah jadi Tuan terbijak untuk para Nona dan satu - satunya Nyonya di gubuk kecil kita Maaf masih harus terus merepotkanmu untuk melindungiku meski kini usiamu telah senja

Jelaskan, Mengapa Aku Dibenci

Jelaskan, Mengapa Aku Dibenci Mengapa kau membenciku? Sepertinya tak pernah mengharapkanku Enggan untuk menyambutku Apalagi berjabatbtangan denganku Aku heran saja Apa yang kau pikirkan tentangku? Apa yang tak pantas dengan diriku? Apa yang salah denganku? Jelaskan. Aku bukan mendung pekat Aku bukan kilat di malam petang Aku tak bersenjata, tidak sebilah pisau pun Tapi mengapa kau takut padaku? Linang air mata tumpah begitu saja Deru tangis pecah seketika Sesaat begitu namaku disebut Apakah aku menyakitkan? Kenyataannya Aku ini hanya sebuah rasa dan keadaan Pertemuan adalah sahabat terbaikku Akulah perpisahan

Kau Adalah

Kau Adalah Kau Adalah embun pagi Yang menebar pesona hingga sang daun jatuh hati Kau Adalah simfoni dari sebuah nada sumbang Namun tak pernah henti tuk tetap kusenandungkan Kau Adalah lentera di ujung perempatan Yang setia menuntun jalan pulang Kau Adalah senjaku yang teduh Yang menyambut ketika sang mentari berlabuh dengan anggun Dan pada akhirnya Kau adalah candu Akan selalu ku perjuangkan meski tanpa pernah kau hirau

Kenapa Rindu

Kenapa Rindu Kenapa aku harus rindu? Sedang jarak terlaku sukar untuk bisa kurengkuh Benarkah langit mampu mempertemukan rindu? Sedang rindu - rindu itu tak selalu berpasangan Beberapa rindu ditolak Pedih. Namun kenapa lagi - lagi aku harus rindu kepadamu? Sedang aku tahu rindumu terlalu liar untuk berkelana Tanyalah, kepada sebarisan pohon jati sepanjang Gunungkidul - Klaten Aku banyak berceloteh kepada mereka Sayang, mereka enggan menggubrisku Mereka tampak acuh Berlari. Menjauh. Mereka hanya melihat ke atas, nampak angkuh Hanya ketika angin membelai ubun - ubun mereka Mereka akan bersedia membungkuk Sebentar saja Kemudian kembali ke tabiat mereka Oh, aku hampir saja lupa Aku juga sering bersenandung kepada angin Di setiap hembusannya sebelum pukul 9 pagi hingga kumandang azan di senja hari Namun kupikir angin tak mau menyimpan beban Segera setelah itu, angin menebarkan senandung rinduku Apakah sampai kepadamu? Maaf aku terlalu b

Balada Sang Memori

Balada Sang Memori Sesaat setelah ini Kita akan menangis Tersedu, pedih, dan saling merangkul Lalu semua diam Tinggal memori yang bertutur Berbisik, jangan pernah lupakan semua ini Sesaat setelah ini Memori akan terus meroda Terkadang dia berhenti di sebuah histori lawas Ada tawa disana Ada wajah - wajah tak asing yang sudah jarang dijumpai Sejenak dia tertunduk Lalu sang memori meroda lagi Kali ini dia memilih berjalan sampai pemiliknya tersadar Ketika sang pemilik mulai terjaga, sang memori telah tertidur Dia tertidur di sebuah tempat yang disebut ingatan Pada saat itu juga sang memori telah terendap Dia terendap di sebuah tempat yang sering disebut hati Sesaat setelah ini sang memori akan terus terlelap Sampai saatnya sang pemilik akan membangunkannya lagi Sekedar untuk diajak kembali bernostalgia

Pada Senja di 3 Rakaatmu

Pada Senja di 3 Rakaatmu Lalu, adakah suatu perkara yang membuatmu enggan untuk pergi ke surau itu? Tengoklah sejenak ke ufuk barat Semesta mendukung Sang mentari mengalah Dia rela bertransformasi menjadi senja dalam sesaat Semburat jingganya digores malu Meneduhkan sepanjang jalan setapak kecil itu Agar perjalananmu tak kau rasa terik Kemudian kicauan burung Atau rengekan kambing Pun ocehan sapi dan para kerbau Binatang - binatang itu menjeda senandung mereka Agar takbir yang dilantunkan sang imam selalu terdengar jelas di telingamu Dan angin hanya berhembus santai Tapi hembusannya teratur Masuk ke dalam tubuhmu lewat lubang tubuh yang kasat mata Menyerok tumpukan sampah sampai kepada ampasnya dari isi otak dan hatimu Digenggamnya kuat - kuat dan begitu sudah berada di luar tubuhmu, angin mengaburkannya Begitulah. Hingga pada saat kau mengangkat kepala dari sujud terakhirmu Bebannya telah berkurang beberapa tingkat Kau merasa ringan ? Bersyukurlah Karena semog